Mungkinkah Pilkada Gubernur Maluku Empat Pasangan ?

Perspektif, RispekNews.com, Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah di Maluku telah usai. Para tim desk pilkada di setiap tingkatan partai sudah memiliki list nama-nama yang telah diserahkan kepada DPP masing-masing Partai untuk diproses.

Khusus Pilkada Gubernur (Pilgub) Maluku, publik merekam, sekiranya ada 6 bakal Calon Gubernur Maluku yang kemarin mengembalikan berkas ke setiap partai politik, yakni; Murad Ismail (Mantan Gubernur), Barnabas Nataniel Orno (Mantan Wakil Gubernur), Jeffry Apoly Rahawarin, Febry Calvin Tetelepta, Said Latuconsina dan Hendrik Lewerissa.

Dari keenam nama ini, ada dua bakal calon Gubernur Maluku yang telah mendeclare pasangannya, yaitu Murad Ismail-Michael Wattimena. Febry Calvin Tetelepta-Abdullah Vanath. Yang lain masih mencari format ideal untuk menentukan pasangan masing-masing. Awalnya ada Hendrik Lewerissa-Saadiah Uluputy yang sayup-sayup terdengar akan berpasangan. Namun kandas sebelum berlayar.

Kejutan besar juga terjadi, Hendrik ujuk-ujuk memilih Said Assagaf sebagai Calon Wakil Gubernur. Tetapi karena terbentur regulasi UU Pilkada No 10 Tahun 2016, yang melarang Gubernur mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Gubernur di daerah yang sama, maka keinginan Hendrik untuk berduet dengan mantan Gubernur Maluku itu failed. Kini, siapakah Wakil yang akan dipinang oleh Hendrik Lewerissa, setelah Saadiah Uluputy dan Said Assagaff gagal ke pelaminan ?

Secara simulatif, Hendrik adalah figur yang punya free option, dia bebas memilih siapapun wakil yang diinginkan. Asalkan wakil tersebut memenuhi keterwakilan agama dan wilayah. Juga punya political effect menggerek electoral Hendrik. Kelebihan Hendrik merupakan pimpinan Partai Gerindra di Maluku yang memenangi Pilpres 2024. Dia juga adalah ketua TKD Prabowo-Gibran di Maluku, plus anggota DPR-RI 2019-2024, dan baru juga terpilih untuk 2024-2029. Daya tarik ini bisa menggoda siapapun ingin menjadi Wakil Gubernurnya.

Dengan pesona kekuasaan Prabowo yang sebentar lagi dilantik menjadi Presiden RI, Hendrik adalah figur paling potensial yang bisa "menarik" tangan kekuasaan Jakarta bermain di Pilkada Maluku. Jika saja, Murad Ismail, sang Gubernur Petahana mau bersabar sedikit untuk tidak berduet dengan Michael Wattimena, mungkin kita bisa melihat Hendrik akan menjadi "nona manis" yang dipinang oleh Murad Ismail sebagai wakil Gubernurnya. Bacaan kami, duet Murad-Hendrik bisa berpotensi membuat Pilkada maluku "selesai".

Dari segi wilayah, Hendrik Lewerissa mewakili Ambon dan Maluku Tengah. Dibutuhkan figur Seram atau Tenggara untuk mengapitnya. Apakah Abdullah Vanath masuk dalam radar Hendrik untuk dipinang, jika misalnya PKB memberikan karpet hijau untuk Abdullah Vanath dan berkoalisi dengan Gerindra ? Politik bisa saja terjadi.

Sementara itu, sejauh ini Murad Ismail-Michael Wattimena telah memiliki 7 Kursi, dari PAN (3 Kursi) & Demokrat (4 Kursi). Tersisa 2 kursi untuk mengunci syarat tiket pendaftaran ke KPU Maluku yakni 9 kursi. Kabarnya, PKS akan menggenapi syarat dukungan ke Murad Ismail-Michael Wattimena. Dengan bubarnya Hendrik-Saadiah, nampaknya jalan untuk PKS memberikan rekomendasi ke Murad Ismail telah selesai di aspal.

Issue memboyong mayoritas partai yang dihembuskan oleh tim sukses Murad Ismail, dengan tujuan mengunci PDI.P agar mendorong head to head, atau untuk membuat Murad Vs Kotak kosong di Pilkada Maluku, hemat kami adalah sesuatu yang sulit terjadi. Mengapa ? Karena selain PAN-Demokrat, setidaknya ada 3 kutub Partai Politik yang berkepentingan memajukan jagoannya masing-masing, yakni PDI.P, Golkar dan Gerindra. 3 Partai besar ini tidak mungkin membiarkan Murad Ismail masuk lapangan pilkada tanpa lawan tanding. Kecuali ada pergerakan yang sangat luar biasa, sehingga partai-partai ini mau berbaris mengusung Murad-Michael melawan kotak kosong atau head to head.

Disisi lain, Febry Calvin Tetelepta-Abdullah Vanath walau sudah memilih berdampingan, namun belum juga mendapat rekomendasi dari partai yang mereka daftari. PDI.P adalah kunci dua sejoli ini bisa berlayar ke arena Pilgub. Jika PDI.P lebih memilih merekomendasikan ke nama lain, sulit rasanya melihat Tetelepta-Vanath bisa melakukan ijab kabul di KPU Maluku.

PDI.P saat ini laksana kapal besar, yang ingin dinaiki oleh Febry Tetelepta, Said Latuconsina, Jeffry Apoly Rahawarin, serta Barnabas Nathaniel Orno. Kapal merah ini bisa juga membuat simulasi pasangan yang kuat untuk melawan Murad Ismail-Michael Wattimena. Dengan seat 8 kursi, PDI.P hanya butuh sokongan 1 kursi partai saja untuk mengunci tiket masuk Pilkada Maluku.

Hemat kami, diluar Febry-Vanath yang telah memilih berdampingan, PDI.P bisa membuat opsi mengawinkan Said Latuconsina-Barnabas Orno sebagai "best couple". Dengan syarat, Said Latuconsina harus mampu membawa 1 partai lagi sebagai syarat nikah, agar direstui PDI.P yang memiliki Barnabas Orno sebagai kadernya. Jika Said Latuconsina mampu membawa 1 partai, apalagi itu partai besar semisal Nasdem, maka sangat mungkin duet Said Latuconsina-Barnabas Orno terwujud. Duet ini cukup kuat karena portofolio figur yang mumpuni, serta mewakili wilayah masing-masing.

Jeffry Apoly Rahawarin, mantan Pangdam XVI Pattimura ini juga punya chance yang terbuka mendapatkan PDI Perjuangan. Namun masalahnya, apakah Jeffry rela meninggalkan tiket Golkar, untuk mendapatkan PDI. Perjuangan ? Ataukah Jeffry bisa mengambil Golkar dan PDI.P sekaligus untuk menjadi kendaraan tempurnya ?

Analisis kami, Jeffry tak akan mendapatkan PDI. Perjuangan. Jeffry lebih berpeluang mendapat tiket masuk Golkar ketimbang PDI. Perjuangan. Alasannya, irisan Jeffry di Golkar lewat pintu orang dalam istana bisa memudahkan jalan tersebut. Sejarah Pilkada Maluku juga mengkonfirmasi, sulit rasanya melihat Golkar-PDI Perjuangan berkoalisi mengusung kandidat Gubernur yang sama. Kalau dipaksakan, bisa runyam.

Siapa wakil Jeffry ? Hingga saat ini belum jelas, siapa yang akan dipinang oleh Jeffry sebagai wakil. Ada sederet nama yang muncul ke publik, seperti Tuasikal Abua, Abdullah Vanath hingga yang terbaru Sam Latuconsina. Jeffry sepertinya harus berhati-hati mencari pasangan yang bisa membawanya masuk ke gelanggang. Sebab, jika Jeffry mendapatkan rekomendasi Golkar yang memiliki 4 kursi, maka dibutuhkan 5 kursi tambahan untuk mendaftar di KPU.

Selain Golkar, Jeffry setidaknya membutuhkan 2 partai menengah lagi untuk mengunci niatnya maju di arena Pilgub. Apakah itu Hanura, PPP atau PKB ? Hanura mungkin bisa menjadi Partai yang akan merekomendasikan Jeffry, dengan catatan tidak diambil oleh Murad Ismail. Dengan modal surat tugas yang telah dikantongi, Jeffry harus lebih dulu mengunci rekomendasi Golkar, agar memunculkan confidence elit Hanura memberikan rekomendasi kepadanya.

Jika memang benar, Jeffry-Sam jadi berpasangan, maka besar kemungkinan PPP juga akan berada dalam barisan Jeffry. Atau bisa juga Jeffry-Abdullah Vanath, jika Abdullah Vanath mampu membawa partai kyai ini mendukung Jeffry. Semua masih dinamis.

Dalam pandangan kami, Pilkada Maluku akan lebih menarik jika ada 4 calon Gubernur yang masuk gelanggang, yakni Murad Ismail, Jeffry Rahawarin, Said Latuconsina, Hendrik Lewerissa. Ini akan membuat peta persaingan Pilgub lebih kompetitif. Publik akan disuguhkan oleh manuver politik tingkat tinggi, jualan citra dan janji kampanye, serta dinamika politik yang mendebarkan. Yang paling terpenting, publik akan dijauhkan oleh issue agama dan sektarian sempit yang rawan konflik sosial. Karena 4 cagub serta pasangannya sudah mewakili segmen agama dan wilayah di Maluku.

Hitung-hitungan 45 kursi di DPRD Maluku, dengan diisi oleh 11 Partai Politik juga memberikan ruang yang besar untuk hadirnya 4 Cagub Maluku. Asalkan tak ada kandidat Cagub yang memborong rekomendasi 6 Partai sekaligus. Sebab jika hanya tersisa 5 Partai, maka bisa jadi hanya 3 pasang cagub-cawagub saja yg akan masuk gelanggang.

Tapi untuk head to head, apalagi melawan kotak kosong, hitungan kami, rasanya berat sekali untuk bisa terwujud. Sebab, sekali lagi, apakah antara PDI Perjuangan, Gerindra dan Golkar akan rela, jika hanya menjadi pendukung biasa alias penonton di Pilkada Maluku ? Hanya mereka yang bisa menjawab.

Analisa Rispek Indo Strategi (RIS)
Lembaga Survey dan Konsultan Politik